Sepeda Berkonsep Touring
April 10, 2018
Berbagai macam sepeda yang kita jumpai di pasaran dibuat
berdasarkan konsep-konsep tertentu. Konsep sepeda tersebut mempengaruhi
berbagai hal; seperti geometri, bahan rangka, dan peralatan yang menempel
kepadanya. Jadi, sepeda yang dibeli konsumen sebenarnya sudah disesuaikan
dengan kebutuhan konsep dasar bersepeda. Tentu saja pemenuhan kebutuhan konsep
sepeda menyesuaikan harga; ada sepeda yang sudah tinggal pakai, ada juga yang
harus ditingkatkan. Hal penting yang perlu dilakukan konsumen adalah mengetahui
kebutuhan, dan konsep sepeda yang hendak dibelinya.
Seorang konsumen yang butuh membalap di jalan, tentu harus
membeli sepeda berkonsep balap, atau dikenal dengan road bike. Konsep
sepeda balap akan 'melahirkan' geometri yang dibuat aerodinamis, sehingga
posisi gowes relatif lebih menunduk untuk mengurangi terpaan angin. Konsep
balap juga membutuhkan bahan sepeda yang sangat ringan, misalnya saja karbon.
Ukuran ban, jumlah gerigi pada bagian crank, bentuk handlebar,
semuanya mengikuti konsep balap.
Hampir setiap segmen dalam olahraga sepeda memiliki konsep
yang berkonsekuensi pada aspek geometri, bahan rangka, dan perlengkapan sepeda.
Sepeda konsep touring tampaknya sedikit berbeda. Kalau kita ketik di
mesin pencari kata-kata "touring bike", atau "sepeda
touring", akan muncul berbagai varian dan bentuk sepeda. Ada sepeda balap,
sepeda gunung, sepeda onthel, bahkan sepeda lipat. Hal yang membuat
sepeda-sepeda ini diberi nama touring adalah adanya tas-tas di beberapa bagian sepeda.
Beragamnya varian dan bentuk sepeda touring berkaitan
dengan pemaknaan "bicycle touring" itu sendiri. Saya amati di
beberapa laman pesepeda, video-video Youtube, serta beberapa media sosial, ada
beberapa jenis touring. Pertama, touring berganti moda. Touring
seperti ini tidak melulu berurusan dengan gowes. Kadang-kadang pesepeda
menggunakan moda transportasi lain untuk menikmati perjalanannya, atau untuk
menghemat waktu dan tenaga. Pegowes yang menyukai gaya touring seperti
ini mungkin akan cenderung memilih sepeda yang ringkas, bisa dibawa ke
mana-mana, dan tidak memakan ruang. Pilihannya tentu jatuh pada sepeda lipat.
Kedua, touring dengan dukungan logistik. Touring
gaya ini biasanya dilakukan secara berkelompok. Jadi ada beberapa pegowes yang
bersama-sama memilih rute touring kemudian menentukan kebutuhannya
selama perjalanan. Kebutuhan-kebutuhan ini kemudian disatukan dan diangkut
dengan sebuah mobil yang mengiringi perjalanan mereka. Mobil ini sekaligus
berfungsi sebagai sarana evakuasi apabila terjadi hal-hal yang tidak diinginkan,
misalnya bila ada anggota touring yang tidak mampu melanjutkan perjalanan.
Pegowes yang melakukan touring jenis ini tidak dibebani tas, sehingga
leluasa memilih sepedanya.
Ketiga, touring uji nyali. Namanya terkesan bombastis
(sengaja saya buat begitu), tapi pada dasarnya touring jenis ketiga ini
memang sering merontokkan mental pegowes. Pada touring jenis ini,
pegowes harus mencukupi semua kebutuhannya dari perlengkapan yang dibawa di
sepeda; seperti kebutuhan untuk tidur, mandi, makan, alat perbaikan sepeda
hingga kebutuhan kesehatan. Tidak heran bila pegowes yang melakukan touring uji
nyali sering membawa tas yang sedemikian banyak. Banyaknya tas yang harus
dibawa berkonsekuensi dengan sepeda yang digunakan. Biasanya pesepeda touring
ini akan memilih sepeda yang dianggap kuat.
Kira-kira saya mau pilih touring jenis mana ya? Ikuti
sambungannya di tulisan mendatang yang berjudul HEISTOUR, dan mungkin akan saya tambahkan juga dengan tulisan COMETOUR.
Foto: en.wikipedia.org
0 komentar