Komvis Satu
March 04, 2013Foto : stanprokopenko.com |
(UPDATE 2014) Semester genap kali ini mahasiswa
komunikasi angkatan 2013 mulai belajar mengenai Komunikasi Visual.
Semenjak kurikulum baru Jurusan Ilmu Komunikasi dijalankan,
sebenarnya sudah dua kali mata kuliah Komunikasi Visual dilaksanakan.
Mereka yang telah mengambil mata kuliah ini adalah angkatan 2010 yang
bergabung dengan angkatan 2011, dan angkatan 2012. Namun, ternyata
masih ada beberapa mahasiswa yang bertanya pertanyaan-pertanyaan
mendasar seperti: “Apa sih Komunikasi
Visual itu?” “Apa bedanya Komunikasi Visual dengan Desain
Komunikasi Visual?” “Apa pula perbedaan Komunikasi Visual dengan
Komunikasi Grafis?”, dan masih banyak lagi pertanyaan lainnya.
Pertanyaan-pertanyaan seperti itu kesannya sederhana, namun sejatinya membuat pusing yang hendak menjawabnya. Yang jelas, jawaban lengkap pertanyaan-pertanyaan tersebut tidak mungkin terjawab hanya dari satu periode pertemuan perkuliahan saja. Walaupun kalau ingin jawaban sederhana dan intuitif komunikasi visual itu ya mengomunikasikan sesuatu yang kelihatan oleh mata.
Jawaban
pertanyaan mendasar, seperti yang ditanyakan oleh mahasiswa Jurusan
Ilmu Komunikasi Unsoed Angkatan 2012 yang Cerdas dan Dapat Diandalkan
kadang-kadang muncul dari sumber yang tidak terduga. Misalnya saja
kisah yang diceritakan dalam serial film tontonan anak-anak “Shaun
The Sheep: Still Life”. Film itu secara kocak menggambarkan
bagaimana sebuah keindahan visual
lukisan diartikan secara
berbeda-beda oleh masing-masing tokohnya.
Sang petani mengartikan keindahan visual
lukisan sebagai gambar dua
ekor domba dengan
rumahnya. Si anjing penjaga mengartikan keindahan visual
lukisan sebagai dua ekor
kambing plus rumah plus gambaran dirinya sendiri.
Sedangkan Shaun
menggambarkan lukisan
yang bagus adalah keindahan
pemandangan suasana pedesaan. Jalinan
cerita dalam film tersebut diakhiri dengan kekacauan
yang membuat lukisan menjadi berantakan karena
tingkah para domba yang membubuhkan segala macam cat ke dalam kanvas.
Lukisan
tersebut seakan-akan sudah
kehilangan keindahannya. Namun kenyataan
berbicara lain. Seorang kaya
yang menaiki limosin besar dan mewah tiba-tiba
datang serta membeli lukisan
yang dianggap berantakan tersebut dengan segepok uang.
Kesimpulannya,
indah itu relatif. Menilik
pada jawaban yang ditawarkan oleh film Shaun the Sheep itu,
komunikasi visual menjadi relatif. Tergantung siapa yang
memandangnya.
Sedikit berbeda
dengan kesimpulan film tersebut, ada sementara orang yang memercayai
adanya kaidah-kaidah yang harus dipatuhi dalam menggambarkan
keindahan. Setidaknya ada standar universal dalam melihat sebuah
keindahan. Ukurannya tentu saja kuantitatif. Semakin banyak yang
menyukai karya seseorang berarti semakin bagus. Mungkin inilah yang
tergambar dalam karya-karya seorang pelopor desain, Dieter Rams, di
industri elektronik Braun Jerman. Karya-karya Rams tetap bisa
dinikmati dan dirasakan keindahannya bahkan setelah tiga dekade
berlalu. Sebagian karya desainnya bahkan masuk museum seni.
Belakangan Rams juga dianggap sebagai bapak desain modern, karena
selain sebagai seorang desainer juga merupakan seorang filsuf desain.
Rams akhirnya memberkan sepuluh prinsip hendaknya dipegang oleh
seorang desainer ketika hendak dan sedang membuat sebuah desain.
Benang merah dari
kedua pendapat tersebut adalah adanya kreativitas. Ketaatan pada
kaidah-kaidah universal yang berlaku tanpa berusaha memunculkan
penciri diri yang unik dapat dianggap sebagai kegiatan penjiplakan
semata. Sementara penciri diri sendiri yang terlalu menonjol tanpa
memedulikan kaidah yang berlaku, dapat dianggap gila.
Akhirnya, saya
mengucapkan selamat datang di dunia kreativitas, selamat mengikuti
perkuliahan Komunikasi Visual dan semoga mendapatkan apa yang
diharapkan. Materi pada pertemuan pertama dapat diunduh di sini (UPDATE 2014):
0 komentar