Golongan Kiri

January 15, 2010


Apa yang terpikir di benak Anda apabila Saya mengatakan “golongan kiri”? Jawabannya bisa beraneka macam. Mungkin ada orang yang mengatakan bahwa “golongan kiri” adalah istilah yang dikaitkan dengan pemikiran-pemikiran kritis atau Marxis. Sebagian lagi dapat mengatakan bahwa “golongan kiri” itu identik dengan komunisme.Intinya, sebagian besar pendapat orang tentang “golongan kiri” ini cenderung jelek. Apalagi terdapat salah satu ayat Al Qur’an yang menjelaskan bahwa orang yang mempunyai amal jelek akan menerima buku catatan dengan tangan kiri.

Uniknya, ada sebagian kecil kelompok masyarakat yang menganggap “golongan kiri” sebagai orang baik. Hal ini saya temui ketika melakukan penelitian terhadap para pengamen di Purwokerto. Para pengamen ini memandang “orang kiri” atau “golongan kiri” sebagai kelompok yang baik. Para pengamen itu mengkonstruksi diri mereka sebagai orang kiri.

“Orang kiri” didefinisikan oleh para pengamen itu sebagai orang yang cenderung abai terhadap konsep hak milik. “Orang kiri” adalah mereka yang suka berbagi, dan tidak memperkaya diri. Mereka hanya mencari uang untuk sekedar menyambung hidup, itu saja.

Nah, lalu siapa “orang kanan”-nya? Para pengamen itu memasukkan para pemilik toko dan polisi, serta pegawai dinas sosial sebagai “orang kanan”. Pemilik toko dianggap sebagai orang baik walaupun dia “orang kanan”, karena mengijinkan emperannya digunakan para pengamen untuk istirahat. Sedangkan polisi dan para pegawai dinas social dianggap sebagai “orang kanan” tulen. Mereka dianggap para pengamen terlalu ribut dengan ketertiban kota. Selain itu para pengamen menganggap para “orang kanan” tulen ini salah dalam memandang pengamen jalanan yang dikatakan sebagai “sampah”.

Jadi, fenomena dalam masyarakat sedemikian majemuk. Sudut pandang seseorang terhadap suatu fenomena lebih majemuk lagi. Saatnya kita memandang sebuah fenomena dengan mempertimbangkan kemajemukan, bukan hanya kacamata kuda…hehehe

(Sebagian hasil dari penelitian “Konstruksi Identitas Sosial Kaum Remaja Marjinal” pada tahun 2007, para pengamen jalanan tersebut menamakan diri mereka sebagai kaum punk dan skinred / skinhead)

You Might Also Like

3 komentar

  1. nice read. I would love to follow you on twitter. By the way, did any one hear that some chinese hacker had hacked twitter yesterday again.

    ReplyDelete
  2. persoalan pemaknaan memang relatif, tapi tentang makna kiri itu sendiri,
    tapi ada sesuatu yg absolut.

    yaitu tentang kenapa bisa muncul kelas pengamen(borjuasi kecil/lumpen proletar)?
    persoalan materiil(ekonomis itu absolut).

    penelitian yg jadi rujukan juga sangat meragukan, karena saya termasuk bagian dari kelompok skinhead itu sendiri, kaum skinhead juga banyak pecahan subculturnya salah satunya redskin(bukan skinred), dan redskin bukan (tak ada) yg jadi pengamen tapi buruh (buruh toko).

    ReplyDelete
  3. Trims atas koreksinya...semoga di masa mendatang Anda bersedia menjadi narasumber saya sehingga penelitian tersebut menjadi lebih relevan lagi...kemarin ada sebuah kendala, tampaknya komunitas yang saya teliti dahulu cenderung membatasi diri dari orang baru, jadi saya agak kesulitan masuk dalam kehidupan mereka. Tentang redskin dan skinred, saya sudah membaca berkali-kali pustaka yang ada memang semua mengacu pada redskin, anehnya ketika saya konfirmasi, kelompok ini mengatakan skinred, saya cantumkan apa adanya seperti yang mereka katakan...mudah-mudahan saya salah dan anda yang nantinya memberikan verifikasi yang lebih sempurna lagi. Kesempurnaan hanya milik Allah, dan sekali lagi terima kasih atas koreksinya yang sangat berharga.

    ReplyDelete

Friends

Galeri

Ada warna biru muda di lingkaran ini. Mengingatkan cerahnya langit pascahujan
Biarkanlah balon-balon bebas itu beterbangan, sebebas warna-warna yang menyelimutinya
Budaya batik yang berinovasi Mencerahkan masa depan tradisi
Cinta tidak selamanya berwarna merah muda, bisa juga kuning oranye
Ketika warna ungu menjadi ceria, dia bersama hijau dan kuning istimewa