Kopi dalam Gelas Logam

April 18, 2018


Saya sebenarnya tidak terlalu mengetahui seluk beluk kopi. "Perkenalan" saya dengan kopi bermula pada pertengahan tahun 1999, ketika lulus SMA dan hendak menempuh Ujian Masuk Perguruan Tinggi Negeri (UMPTN). Saya menempuh UMPTN di salah satu kota yang cukup dingin. Selama tinggal di kota dingin tersebut saya juga mencari beberapa perguruan tinggi swasta sebagai alternatif pilihan apabila tidak masuk dalam seleksi UMPTN. Sekitar seminggu saya kedinginan di kota itu, dan hampir setiap pagi dan malam meminum secangkir kopi sachet yang harganya 500 rupiah.

Beberapa belas tahun kemudian, secara tidak sengaja, saya bertemu lagi dengan kopi. Awal mulanya saya hendak meneliti mengenai tembakau. Ternyata, kota sentra tembakau tersebut juga merupakan penghasil kopi. Mungkin karena letak kota yang cukup tinggi, dan hawanya yang dingin membuat kopi tumbuh dengan baik. Tanaman kopi dipakai sebagai "pagar" bagi tanaman tembakau.

Setiap saya berkunjung ke lokasi penelitian, hampir selalu ada suguhan segelas kopi. Entah kenapa, bagi saya, kopi itu sedemikian lezat. Ada berbagai varian kopi yang cukup menarik, misalnya saja kopi luwak, atau kopi lanang. Ada juga kopi beraroma nangka yang unik. Penduduk daerah tersebut sudah terbiasa meminum kopi hasil lahan sendiri yang menurut mereka berkualitas tinggi (kata salah seorang tokoh masyarakat, kopi mereka menjadi juara dua di festival kopi internasional di Amerika).

Pergaulan dengan para penduduk daerah penghasil kopi (dan tembakau) membuat saya jadi tahu beberapa istilah perkopian. Misalnya saja; kopi petik merah, kopi proses full wash, dan beberapa istilah lain. Saya juga baru tahu kalau kopi ini bersifat menyerap aroma-aroma yang berada di sekitarnya. Kopi yang tidak ditutup, kemudian disimpan di dekat buah durian, otomatis akan beraroma durian. Salah seorang petani kopi pernah panen kopi yang rasanya pedas, karena saat berbunga bertepatan dengan waktu panen cabai.

Karakter kopi yang menyerap aroma-aroma sekitarnya menjadikan penikmat kopi harus berhati-hati sekali memperlakukannya. Misalnya saja, bubuk kopi harus benar-benar tertutup rapat agar tidak berubah aroma. Pengalaman saya pribadi mengatakan bahwa wadah minuman kopi juga bisa mempengaruhi rasanya.

Ceritanya saya ingin meminum kopi selalu dalam keadaan hangat. Secara tidak sengaja saya membuka laman marketplace, dan menemukan ada alat penghangat kopi dengan daya dari colokan USB. Saya berpikir, alat penghangat kopi itu akan terasa percuma di gelas yang terbuat dari keramik atau kaca. Keramik atau kaca merupakan penghantar panas yang jelek (?). Setahu saya bahan penghantar panas yang baik adalah logam.

Saya beli gelas yang terbuat dari bahan stainless steel. Saya masukkan kopi yang sudah saya takar sebagaimana biasanya, lalu saya panasi menggunakan rantang yang diisi air. Akhirnya kopi itu bertahan panas lebih lama dari biasanya. Tapi rasanya kok seperti kobokan ya? Tidak enak sekali. Rupanya cairan kopi itu menyerap aroma logam cangkir.

Pantas saja, jarang orang yang minum kopi menggunakan gelas logam. Rata-rata mereka minum menggunakan gelas kaca, atau gelas keramik. Rupanya penyebabnya adalah rasa yang berubah. Jadi minum kopi yang paling nikmat adalah menggunakan gelas kaca atau keramik, minimal gelas stereofom yang sering digunakan di minimarket itu.

Lalu bagaimana jika kopinya menjadi dingin? Kata seorang petani kopi, sensasi rasa kopi itu berubah-ubah tergantung suhunya. Kopi yang panas akan berbeda dengan kopi yang dingin. Masing-masing dengan kenikmatannya sendiri-sendiri. Seorang penikmat kopi sejati, katanya, akan dengan setia menghirup kopi sambil merasakan perubahan sensasi rasanya. Jadi jangan salahkan kalau mereka minum kopi hingga berjam-jam.

Gambar: usatoday.com

You Might Also Like

0 komentar

Friends

Galeri

Ada warna biru muda di lingkaran ini. Mengingatkan cerahnya langit pascahujan
Biarkanlah balon-balon bebas itu beterbangan, sebebas warna-warna yang menyelimutinya
Budaya batik yang berinovasi Mencerahkan masa depan tradisi
Cinta tidak selamanya berwarna merah muda, bisa juga kuning oranye
Ketika warna ungu menjadi ceria, dia bersama hijau dan kuning istimewa