Siasat Petani

May 09, 2018


Kegiatan penelitian di perdesaan itu menyenangkan. Alam yang indah, penduduk yang ramah, makanan yang nikmat hanyalah salah satu di antara berbagai kesenangan yang didapatkan ketika meneliti di perdesaan. Selain hal-hal yang menyenangkan itu, perdesaan juga memiliki kearifan lokal yang unik dan spesifik. Kearifan lokal tersebut biasanya merupakan coping mechanism terhadap tantangan yang mereka jumpai.

Masalah utama yang sering dihadapi petani sebenarnya klasik: biaya. Biaya bibit, pupuk, hingga pengolahan tanah. Beberapa varietas tanaman juga membutuhkan biaya pengolahan pascapanen yang cukup tinggi, misalnya saja pada tanaman tembakau. Pada kesempatan ini ijinkan saya untuk memcoba bercerita tentang kearifan lokal (siasat) petani tembakau dalam mengolah lahan mereka.

Sebagaimana diketahui bersama, tenaga kerja di dunia pertanian secara umum semakin menua dan semakin berkurang jumlahnya. Memang ada beberapa tempat dengan tradisi pertanian yang kental berhasil menjalankan regenerasi petani secara berkelanjutan, namun jumlahnya tidak banyak. Secara umum kelangkaan tenaga kerja pertanian terjadi di berbagai wilayah, dan mengakibatkan beberapa dampak, di antaranya upah mereka yang semakin tinggi.

Peningkatan upah tenaga kerja pertanian pada gilirannya memberatkan petani pemilik lahan. Pada buku "Tembakau atau Mati" tulisan Wisnu Brata digambarkan tentang siasat petani tembakau dalam mengurangi biaya usahatani. Ada istilah "Arisan Macul" yang merujuk pada penggiliran mencangkul antarpetani tembakau di sebuah lereng gunung. Penggiliran ini bisa dilakukan karena waktu tanam tembakau yang berbeda-beda, petani yang memiliki lahan paling atas mendapatkan giliran awal, sedangkan petani yang lahannya berada di kaki gunung mendapatkan giliran terakhir.

Rupanya kejadian serupa terjadi pada petani tembakau yang berada di dataran rendah, atau dikenal dengan tembakau sawah. Bedanya petani yang berada di dataran rendah melakukannya pada proses tanam tembakau, atau boleh dikatakan "Arisan Tandur". Arisan tandur ini dilakukan petani di lahan sawah untuk mengatasi langkanya tenaga kerja tanam. Menurut mereka, tanam tembakau hendaknya dilakukan dalam satu waktu guna mengantisipasi benih layu. Ternyata, arisan tandur tersebut juga sebagai media komunikasi antarpetani. Mereka mendiskusikan berbagai hal mengenai masalah pertanian dan kehidupan secara umum sambil menanam tembakau.

Siasat petani dalam kehidupan pertaniannya merupakan jawaban atas masalah yang mereka hadapi. Dalam hal ini, masalah mereka adalah kelangkaan tenaga kerja pertanian. Perlu pemikiran bersama untuk membantu petani mengatasi masalah mereka.

Foto: pedomanbengkulu.com

You Might Also Like

0 komentar

Friends

Galeri

Ada warna biru muda di lingkaran ini. Mengingatkan cerahnya langit pascahujan
Biarkanlah balon-balon bebas itu beterbangan, sebebas warna-warna yang menyelimutinya
Budaya batik yang berinovasi Mencerahkan masa depan tradisi
Cinta tidak selamanya berwarna merah muda, bisa juga kuning oranye
Ketika warna ungu menjadi ceria, dia bersama hijau dan kuning istimewa