Inspirasi Penemu Indonesia
September 11, 2010
Beberapa waktu lalu iseng-iseng googling di internet. Ternyata Indonesia mempunyai potensi menjadi negara penemu. Setidak-tidaknya itu menjadi optimisme saya pribadi, dan pemupuk kebanggaan sebagai Bangsa Indonesia.
Salah satu penemu yang saya ceritakan di depan kelas adalah Fuad Affandi, “Sang Penemu Pupuk Unik”, begitu saya menamakannya (thanks to tokohindonesia.com). Konon Fuad mempunyai ide sederhana tentang cara pembusukan kotoran-kotoran hewan yang akan dijadikan pupuk kandang secara lebih cepat. Pada umumnya proses penghancuran dan pembusukan kotoran hewan tersebut membutuhkan waktu antara dua hingga empat bulan.
Fuad mempunyai asumsi tempat proses pembusukan terjadi paling cepat adalah perut manusia. Bakteri penghancurnya itu yang ampuh. Logika Fuad sederhana pula. "Buktinya, hari ini kita makan, besok keluar sudah busuk," tukas alumni Pesantren Lasem, Jawa Tengah ini. Penemuan Fuad ini menarik. Pasalnya, Fuad sama sekali tak mempunyai latar belakang pendidikan tinggi, ia juga bukan seorang ahli bioteknologi. Ia hanya seorang kiai yang mengasuh kira-kira 300 santri. Kejelian menangkap kejadianlah yang memberinya inspirasi.
Ternyata, asumsi Fuad bisa dibuktikan secara ilmiah. Menurut peneliti Laboratorium Mikrobiologi Universitas Padjajaran, Bandung, di lambung hidup macam bakteri-bakteri penghancur dan pembusuk makanan, antara lain: Saccharomyces, Cellulomonas, Lactobacillus, dan Rhizobium. Kebiasaan makhluk renik ini, kalau tidak ada makanan masuk dalam waktu cukup lama, mereka akan naik menyantap sisa-sisa makanan yang berada di rongga mulut. Sehingga saat puasa atau tidur, di mana tidak ada makanan masuk bakteri tersebut berkumpul di mulut. Sudah tahu cara mendapatkannya, Fuad lantas memerintahkan santrinya yang berjumlah 300 orang untuk membuang cairan hasil kumur-kumur pertama sehabis bangun tidur ke dalam kaleng yang telah disediakan di depan penginapan santri.
Selanjutnya Mikroorganisme dalam air liur itu dibiakkan dengan tambahan molase (gula), dedak, dan pepaya ke dalamnya. Beberapa hari kemudiannya, liur para santri tersebut berubah menjadi cairan kental berwarna keruh. Baunya pun berubah wangi. Tak lagi beraroma busuk, tapi sebaliknya beraroma cokelat. Dan jika sudah demikian itu berartinya bakteri berbiak dengan subur. Fuad lantas menyiram cairan pekat (bakteri) trsebut ke kotoran ternak dan jerami yang sedang diperam. Hasilnya dahsyat. Tak perlu berlama-lama lagi hanya dalam tiga hari kotoran ternak itu hancur lebur dan membusuk. Dan jadilah pupuk kandang siap pakai. Penemuan Fuad ini punya nama, ialah Mikroorganisme Fermentasi Alami disingkat MFA, bisa diplesetkan pula menjadi Mikroorganisme Fuad Affandi. Khasiat MFA ada beberapa ragam, di antaranya: mempercepat ketersediaan nutrisi tanaman, mengikat pupuk, dan unsur hara, serta mencengah erosi tanah.
Unsoed Purwokerto juga memiliki beberapa penemu yang patut saya tuliskan di sini. Salah satunya adalah Totok Agung DH. Kepala LPPM Unsoed ini telah menemukan varietas padi unggul gogo aromatik yang mendapatkan HaKI pada tahun 2010. “Saya memfokuskan diri dengan menggarap lahan kering, sebab selama ini banyak lahan kering yang disia-siakan. Varietas padi gogo aromatik diharapkan bisa menjadi alternatif padi di lahan kering,” ujar Totok yang antara lain mengajar pemuliaan tanaman. Varietas yang ditelitinya selama lima tahun tersebut kini ditanam di 16 lahan di Jateng, Yogyakarta, Jatim, Sumbawa, Lombok, dan Bali (thanks to suaramerdeka.com).
Sekelumit kisah di atas membuktikan bahwa para penemu juga berada di sekitar kita. Penemu itu tidak hanya Albert Einstein, Isaac Newton, atau Alexander Graham Bell. Para penemu itu bisa saja orang Indonesia, orang Purwokerto, bahkan bisa saja diri anda nanti adalah penemu juga. Karena itu, banggalah menjadi diri sendiri, banggalah menjadi Indonesia.
Salah satu penemu yang saya ceritakan di depan kelas adalah Fuad Affandi, “Sang Penemu Pupuk Unik”, begitu saya menamakannya (thanks to tokohindonesia.com). Konon Fuad mempunyai ide sederhana tentang cara pembusukan kotoran-kotoran hewan yang akan dijadikan pupuk kandang secara lebih cepat. Pada umumnya proses penghancuran dan pembusukan kotoran hewan tersebut membutuhkan waktu antara dua hingga empat bulan.
Fuad mempunyai asumsi tempat proses pembusukan terjadi paling cepat adalah perut manusia. Bakteri penghancurnya itu yang ampuh. Logika Fuad sederhana pula. "Buktinya, hari ini kita makan, besok keluar sudah busuk," tukas alumni Pesantren Lasem, Jawa Tengah ini. Penemuan Fuad ini menarik. Pasalnya, Fuad sama sekali tak mempunyai latar belakang pendidikan tinggi, ia juga bukan seorang ahli bioteknologi. Ia hanya seorang kiai yang mengasuh kira-kira 300 santri. Kejelian menangkap kejadianlah yang memberinya inspirasi.
Ternyata, asumsi Fuad bisa dibuktikan secara ilmiah. Menurut peneliti Laboratorium Mikrobiologi Universitas Padjajaran, Bandung, di lambung hidup macam bakteri-bakteri penghancur dan pembusuk makanan, antara lain: Saccharomyces, Cellulomonas, Lactobacillus, dan Rhizobium. Kebiasaan makhluk renik ini, kalau tidak ada makanan masuk dalam waktu cukup lama, mereka akan naik menyantap sisa-sisa makanan yang berada di rongga mulut. Sehingga saat puasa atau tidur, di mana tidak ada makanan masuk bakteri tersebut berkumpul di mulut. Sudah tahu cara mendapatkannya, Fuad lantas memerintahkan santrinya yang berjumlah 300 orang untuk membuang cairan hasil kumur-kumur pertama sehabis bangun tidur ke dalam kaleng yang telah disediakan di depan penginapan santri.
Selanjutnya Mikroorganisme dalam air liur itu dibiakkan dengan tambahan molase (gula), dedak, dan pepaya ke dalamnya. Beberapa hari kemudiannya, liur para santri tersebut berubah menjadi cairan kental berwarna keruh. Baunya pun berubah wangi. Tak lagi beraroma busuk, tapi sebaliknya beraroma cokelat. Dan jika sudah demikian itu berartinya bakteri berbiak dengan subur. Fuad lantas menyiram cairan pekat (bakteri) trsebut ke kotoran ternak dan jerami yang sedang diperam. Hasilnya dahsyat. Tak perlu berlama-lama lagi hanya dalam tiga hari kotoran ternak itu hancur lebur dan membusuk. Dan jadilah pupuk kandang siap pakai. Penemuan Fuad ini punya nama, ialah Mikroorganisme Fermentasi Alami disingkat MFA, bisa diplesetkan pula menjadi Mikroorganisme Fuad Affandi. Khasiat MFA ada beberapa ragam, di antaranya: mempercepat ketersediaan nutrisi tanaman, mengikat pupuk, dan unsur hara, serta mencengah erosi tanah.
Unsoed Purwokerto juga memiliki beberapa penemu yang patut saya tuliskan di sini. Salah satunya adalah Totok Agung DH. Kepala LPPM Unsoed ini telah menemukan varietas padi unggul gogo aromatik yang mendapatkan HaKI pada tahun 2010. “Saya memfokuskan diri dengan menggarap lahan kering, sebab selama ini banyak lahan kering yang disia-siakan. Varietas padi gogo aromatik diharapkan bisa menjadi alternatif padi di lahan kering,” ujar Totok yang antara lain mengajar pemuliaan tanaman. Varietas yang ditelitinya selama lima tahun tersebut kini ditanam di 16 lahan di Jateng, Yogyakarta, Jatim, Sumbawa, Lombok, dan Bali (thanks to suaramerdeka.com).
Sekelumit kisah di atas membuktikan bahwa para penemu juga berada di sekitar kita. Penemu itu tidak hanya Albert Einstein, Isaac Newton, atau Alexander Graham Bell. Para penemu itu bisa saja orang Indonesia, orang Purwokerto, bahkan bisa saja diri anda nanti adalah penemu juga. Karena itu, banggalah menjadi diri sendiri, banggalah menjadi Indonesia.
0 komentar