Tentu kita semua kenal dengan dinosaurus kan? Binatang yang populer
dalam film Jurassic Park arahan sutradara Stephen Spielberg ini nampak
spektakuler apabila dibandingkan dengan binatang-binatang saat ini. Lihat saja
ukuran tubuh fosil dinosaurus yang ditemukan di Lisbon, Portugal baru-baru ini.
Dinosaurus pemangsa atau karnivora yang dikenal dengan nama Torvosaurus gurneyi ini panjang badannya
dapat mencapai 10 meter dengan berat 4 hingga 5 ton. Binatang darat yang paling
besar di muka bumi saat ini pun, Gajah Afrika, panjangnya hanya mencapai sekitar
6 meter.
Dapat dibayangkan seandainya dinosaurus ini hidup pada zaman moderen, mungkin makhluk seperti manusia tidak akan pernah merasa aman, karena berpotensi menjadi incaran santap malamnya. Bahkan pada masanya, dinosaurus ini sangat mungkin berada di puncak piramida makanan. Banyak lagi dinosaurus yang berukuran lebih spektakuler dengan kemampuan predator yang menakjubkan.
Manusia vs Torvosaurus gurneyi |
Kajian tentang dinosaurus sangat menarik perhatian para
arkeolog. Penggalian atau eskavasi di beberapa situs yang diperkirakan terdapat
fosil dinosaurus tidak henti-henti dilakukan. Tidak hanya arkeolog, beberapa
sineas pun tertarik untuk menjadikan dinosaurus sebagai objek olah teknologi
animasinya.
Nah, dinosaurus ini pun menarik perhatian saya ketika pada
suatu waktu jaringan internet di kampus kami mati. Saya yang saat itu sedang
asyik berselancar menggunakan peramban Chrome dari Google spontan melihat ikon
dinosaurus dengan tulisan “Unable to connect to the Internet”. Berarti karena tidak
dapat tersambung ke internet, saya dianggap berasal dari zaman Jurassic nih, pikir
saya.
Ikon Dinosaurus pada Google Chrome |
Spontan ingatan saya bergulir pada sebuah film yang saya
tonton baru-baru ini. Judulnya The Internship (2013). Film ini mengisahkan dua
orang lelaki usia 40-an yang dirumahkan oleh perusahaan arloji tempat mereka
bekerja. Tidak berhenti di situ, salah satu dari pria tersebut (diperankan Vince Vaughn) ditinggalkan
oleh isterinya (atau pacarnya?). terpaksa mereka mencari kerja serabutan untuk
memenuhi kebutuhan hidup. Singkat cerita, mereka akhirnya menemukan tempat
kerja, tepatnya tempat magang di perusahaan internet terbesar di dunia. Mereka magang
di Google. Di sinilah kelucuan demi kelucuan terjadi. Bayangkan, dua orang
lelaki usia 40-an yang bahkan tidak memiliki akun Facebook, harus kerja di
perusahaan IT seperti Google. Ada sebuah ucapan yang menancap di pikiran saya, kurang
lebih berbunyi seperti ini: “Google tidak cocok untuk dua orang dinosaurus
seperti kalian.” Ucapan ini dikatakan oleh pesaing mereka (saya lupa namanya,
unduh dan tonton sendiri filmnya ya) dalam kegiatan magang tersebut. Dan,
sebagaimana kebanyakan film Hollywood lainnya, film ini berakhir dengan happy ending dengan lulusnya mereka
berdua dalam program magang serta menjadi karyawan tetap Google.
'The Internship' (2013) |
Ada sebuah benang merah yang hendak saya katakan di tulisan ini.
Pertama, Menjadi akrab dengan internet itu penting. Internet membantu kita dalam
mengerjakan tugas-tugas, mengajari kita dengan berbagai tutorial, memberi kita
informasi terkini, bahkan dapat menemukan jodoh kita (tercatat setidaknya tiga
teman dan dua tetangga saya yang mendapat jodoh melalui comblang Facebook).
Pentingnya internet dalam kehidupan ditandai dengan makin
dekatnya teknologi ini dengan kita. Pada sekitar tahun 1997, saya harus
mengayuh sepeda sejauh 5 kilometer hanya untuk mengakses internet di kantor
pos. Biaya internet waktu itu masih relatif mahal, 6 ribu rupiah untuk satu jam
akses. Selain itu, orang harus menggunakan ‘peralatan berat’ untuk mengakses
internet; misalnya dengan desktop PC. Perkembangan berikutnya, internet semakin
mudah dan murah diakses, dengan menggunakan laptop. Saat ini, internet makin
dekat dengan kita seiring perkembangan teknologi ponsel dengan mobile OS-nya. Bahkan, beberapa waktu ke
depan orang akan terbiasa melihat rekan sebelahnya ngomong sendiri sambil
menggerak-gerakkan tangannya (karena menggunakan kacamata yang terhubung ke
internet). Bias jadi, di masa depan internet akan tertanam di tubuh kita,
mungkin ditempelkan ke saraf. Siapa tahu?
Kedua, meskipun internet penting, disadari atau tidak masih
ada dunia realitas di sekitar kita. Setahu saya, sampai sekarang belum pernah
ada KKN (Kuliah Kerja Nyata) yang selesai hanya dengan mengakses internet. Bangun
rumah, mushola, bahkan balai kelurahan juga tidak mungkin dilakukan hanya
dengan internet. Apalagi pengerjaan skripsi, mustahil dapat selesai dengan
elegan apabila hanya mengandalkan internet sebagai rujukannya. Bahkan,
institusi seperti Google pun, membutuhkan ‘dua dinosaurus’ dalam organisasinya
(setidaknya dalam film Internship). So jadi, tidak perlu ragu-ragu untuk
sesekali menjadi ‘dinosaurus’ dan menatap keluar jendela (Torvosaurus gurneyi kan elegan?). Karena di sana masih ada realitas
yang bermakna.