Hari
Minggu pertama di tahun 2012 agenda kelender Saya dihiasi dengan
kegiatan kerja bakti lingkungan. Biasanya tidak ada yang istimewa
dalam rangkaian acaranya; datang kumpul-kumpul warga, sedikit kerja,
banyak makan, kemudian bubar dengan membawa oleh-oleh gosip baru dari
tetangga. Saya yang biasanya ogah-ogahan ikut kerja bakti, semakin
malas ketika jarum jam sudah menunjuk angka delapan, tapi belum
banyak orang muncul. Setelah menunggu sekitar seperempat jam,
akhirnya kaki ini melangkah juga ke TKP.
Seorang teman yang sangat aktif mengelola blog pernah suatu saat mengeluh secara panjang lebar. Dia bilang orang Indonesia itu pelit. Katanya, selama mengelola blog yang berisi materi-materi kuliah, dia jarang sekali mendapat ucapan atau comment terima kasih dari pengunjung. Kalaupun ada yang sempat berujar terima kasih, jumlahnya jauh di bawah angka statistik kunjungan blog yang mencapai belasan ribu. Padahal apa sih sulitnya mengucapkan terima kasih? Begitulah kira-kira uraian keluh kesahnya, yang disampaikannya dengan serius.
Beberapa waktu lalu pernah ada sebuah reality show di televisi yang tema acaranya adalah menyorot sifat-sifat masyarakat perkotaan. Pada suatu episode, kru acara mengunjungi sebuah stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) dengan tujuan menghitung para pengisi bahan bakar yang mengucapkan terima kasih setelah selesai mengisi bahan bakarnya. Hasilnya? Hampir nihil. Rata-rata mereka berlalu begitu saja.
Pada kesempatan lain, pernah secara tidak sengaja mendengar gerutuan seorang pegawai toko retail modern kepada temannya. Pegawai perempuan itu berkata bahwa dia kena denda satu kilogram gula gara-gara lupa mengucapkan terima kasih kepada pelanggan setelah bertransaksi. Kebetulan manager toko sedang berada di sebelahnya dan dia tidak menyadari itu. Berkali-kali di berkata ke temannya betapa sayang uang yang dipotong itu, hanya gara-gara tidak mengucapkan terima kasih.
Tiga kasus tersebut memiliki satu benang merah yang sama, betapa ucapan terima kasih itu penting. Seandainya ucapan terima kasih diucapkan, maka teman yang aktif mengelola blog itu akan semakin semangat berkarya. Acara reality show televisi akan menghasilkan kesimpulan yang menyenangkan seandainya setiap pengunjung SPBU mengucapkan terima kasih. Pegawai perempuan yang bekerja di toko retail modern itu juga dapat menghemat gajinya. Satu kesimpulan yang hampir sama...betapa berharganya terima kasih itu.
Saya pernah mendengar pidato pengukuhan salah satu guru besar ilmu komunikasi yang bertajuk “Komunikologi Hado, Sebuah Rekonstruksi Filosofis Metafisika Komunikasi”. Komunikologi Hado atau komunikologi kuantum merupakan konsep perpaduan pemikiran tentang studi ilmu komunikasi manusiawi (human communication) dan komunikasi bukan manusia (nonhuman communication) yang belum banyak dikembangkan dalam kajian ilmu komunikasi.
Keingintahuan mengenai komunikasi non-manusia mendorong seorang ilmuwan asal Jepang, Masaru Emoto, untuk meneliti tentang perilaku Hado air. Dia bersama rekan kerjanya, Kazuya Ishibashi, seorang ahli fisika melakukan uji coba dengan memberi sekian banyak pesan kepada air (melalui lisan, tulisan, dan musik), kemudian membekukan air pada suhu -25oC. Proses perubahan air kemudian dilihat melalui mikroskop elektron. Hasilnya ternyata air memberikan reaksi berbeda sesuai dengan jenis pesan yang diterimanya. Air akan membentuk kristal yang indah ketika disampaikan kata-kata yang baik seperti bidadari, cantik, namun akan membentuk kristal yang buruk ketika disampaikan kata-kata: setan atau kamu bodoh. Menurut Emoto, air akan membentuk kristal paling indah ketika diberikan pesan terima kasih.
Penelitian ini memunculkan kontroversi, karena ada seorang peneliti yang bernama Ernst Braun dari Burgistein di Thun, Swiss, telah mencoba dalam laboratoriumnya mengenai metoda pembuatan foto kristal seperti yang diungkapkan Emoto, sayangnya hasil tersebut tidak dapat direproduksi kembali, walaupun dalam kondisi percobaan yang sama. Para peneliti juga mengkritik Emoto karena tidak menjelaskan detail penelitiannya terhadap masyarakat ilmiah.
Percaya-tidak-percaya mengenai penelitian Emoto adalah urusan lain. Hal penting yang hendak ditekankan di sini adalah mengenai pentingnya kata-kata terima kasih. Seandainya penelitian Emoto benar, maka betapa 70 persen tubuh manusia yang berupa air akan sangat “senang” ketika kita sering mengucapkan terima kasih.
Last but not least, Saya mengucapkan terima kasih kepada seluruh mahasiswa Mata Kuliah Periklanan yang telah sepenuh hati mengikuti kuliah dan mengerjakan tugas yang luar biasa. Pada kesempatan ini Saya sisipkan beberapa materi kuliah untuk bekal ujian besok; yakni Manajemen BTL Advertising, Penelitian Pariwara, dan Etika Iklan. Doa Saya, semoga besok kalian sukses dalam ujian...dan ingat: JANGAN NYONTEK YA...
Foto : ivanlanin.wordpress.com
Referensi:
Beberapa waktu lalu pernah ada sebuah reality show di televisi yang tema acaranya adalah menyorot sifat-sifat masyarakat perkotaan. Pada suatu episode, kru acara mengunjungi sebuah stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) dengan tujuan menghitung para pengisi bahan bakar yang mengucapkan terima kasih setelah selesai mengisi bahan bakarnya. Hasilnya? Hampir nihil. Rata-rata mereka berlalu begitu saja.
Pada kesempatan lain, pernah secara tidak sengaja mendengar gerutuan seorang pegawai toko retail modern kepada temannya. Pegawai perempuan itu berkata bahwa dia kena denda satu kilogram gula gara-gara lupa mengucapkan terima kasih kepada pelanggan setelah bertransaksi. Kebetulan manager toko sedang berada di sebelahnya dan dia tidak menyadari itu. Berkali-kali di berkata ke temannya betapa sayang uang yang dipotong itu, hanya gara-gara tidak mengucapkan terima kasih.
Tiga kasus tersebut memiliki satu benang merah yang sama, betapa ucapan terima kasih itu penting. Seandainya ucapan terima kasih diucapkan, maka teman yang aktif mengelola blog itu akan semakin semangat berkarya. Acara reality show televisi akan menghasilkan kesimpulan yang menyenangkan seandainya setiap pengunjung SPBU mengucapkan terima kasih. Pegawai perempuan yang bekerja di toko retail modern itu juga dapat menghemat gajinya. Satu kesimpulan yang hampir sama...betapa berharganya terima kasih itu.
Saya pernah mendengar pidato pengukuhan salah satu guru besar ilmu komunikasi yang bertajuk “Komunikologi Hado, Sebuah Rekonstruksi Filosofis Metafisika Komunikasi”. Komunikologi Hado atau komunikologi kuantum merupakan konsep perpaduan pemikiran tentang studi ilmu komunikasi manusiawi (human communication) dan komunikasi bukan manusia (nonhuman communication) yang belum banyak dikembangkan dalam kajian ilmu komunikasi.
Keingintahuan mengenai komunikasi non-manusia mendorong seorang ilmuwan asal Jepang, Masaru Emoto, untuk meneliti tentang perilaku Hado air. Dia bersama rekan kerjanya, Kazuya Ishibashi, seorang ahli fisika melakukan uji coba dengan memberi sekian banyak pesan kepada air (melalui lisan, tulisan, dan musik), kemudian membekukan air pada suhu -25oC. Proses perubahan air kemudian dilihat melalui mikroskop elektron. Hasilnya ternyata air memberikan reaksi berbeda sesuai dengan jenis pesan yang diterimanya. Air akan membentuk kristal yang indah ketika disampaikan kata-kata yang baik seperti bidadari, cantik, namun akan membentuk kristal yang buruk ketika disampaikan kata-kata: setan atau kamu bodoh. Menurut Emoto, air akan membentuk kristal paling indah ketika diberikan pesan terima kasih.
Penelitian ini memunculkan kontroversi, karena ada seorang peneliti yang bernama Ernst Braun dari Burgistein di Thun, Swiss, telah mencoba dalam laboratoriumnya mengenai metoda pembuatan foto kristal seperti yang diungkapkan Emoto, sayangnya hasil tersebut tidak dapat direproduksi kembali, walaupun dalam kondisi percobaan yang sama. Para peneliti juga mengkritik Emoto karena tidak menjelaskan detail penelitiannya terhadap masyarakat ilmiah.
Percaya-tidak-percaya mengenai penelitian Emoto adalah urusan lain. Hal penting yang hendak ditekankan di sini adalah mengenai pentingnya kata-kata terima kasih. Seandainya penelitian Emoto benar, maka betapa 70 persen tubuh manusia yang berupa air akan sangat “senang” ketika kita sering mengucapkan terima kasih.
Last but not least, Saya mengucapkan terima kasih kepada seluruh mahasiswa Mata Kuliah Periklanan yang telah sepenuh hati mengikuti kuliah dan mengerjakan tugas yang luar biasa. Pada kesempatan ini Saya sisipkan beberapa materi kuliah untuk bekal ujian besok; yakni Manajemen BTL Advertising, Penelitian Pariwara, dan Etika Iklan. Doa Saya, semoga besok kalian sukses dalam ujian...dan ingat: JANGAN NYONTEK YA...
Foto : ivanlanin.wordpress.com
Referensi:
Kuswarno, Engkus. 2008. Komunikologi Hado, Sebuah Rekonstruksi Filosofis Metafisika Komunikasi. Pidato Pengukuhan Jabatan Gurubesar dalam Ilmu Komunikasi. FIKOM-Unpad. Tidak Diterbitkan
Wikipedia.org
Wikipedia.org