Berbagai macam sifat manusia memunculkan berbagai penafsiran mengenai semestanya. Penafsiran yang berbeda ini pada akhirnya memunculkan perilaku berbeda dalam tanggapannya. Hal ini nampaknya berlaku bagi para pedagang di Gasibu Bandung. Awalnya, semua nampak sama saja, ada orang yang menawarkan barang, kemudian orang yang tertarik akan membelinya. Namun, terdapat beberapa hal kecil yang seringkali luput dari perhatian kita, yakni gaya menjual dagangan mereka yang berlain-lainan dan unik. Bagaimana sajakah gaya berdagang mereka, kita lihat berdasarkan pengalaman saya dua tahun lalu berkeliaran di sana:
1. Pedagang Pakaian dan Fashion
Pedagang yang paling ramai gaya menjualnya adalah pedagang jenis ini. Biasanya, pedagang ini selalu mengutamakan kemurahan produknya. Gaya menjual mereka antara lain bilang: “Lima belas ribu dua…lima belas ribu dua…dipilih…dipilih!”. Ada juga yang berusaha mengedepankan diferensiasi produknya, dengan berkata: “Murah…murah…barang bagus…barang bagus…dijamin tidak menyesal!”. Namun ada pula yang peka keadaan ekonomi saat ini, yang berkata: “Baju diskon…baju diskon…harga BBM naik, tapi harga baju turun!”. Nampaknya pedagang-pedagang pakaian dan fashion ini memahami bahwa barang-barang yang dijajakan lebih murah dibandingkan dengan harga toko.
2. Pedagang makanan
Pedagang makanan hampir dipastikan tidak akan menjajakan makanannya sebagaimana penjual baju diatas. Namun ada beberapa pengecualian pasti. Salah satunya adalah penjual sate di sisi lapangan depan Gedung Sate. Dia sempat menawarkan dagangannya, “Sate-sate A’…ada ayam, kambing, sapi juga ada!”, ujarnya dalam logat Sunda dan bahasa semi Sunda, dengan menggunakan panggilan Aa’. Namun penjual makanan yang lain lebih memilih hanya memamerkan makanannya saja di display, atau berperan memasak sehingga kelezatan makanan dapat dirasakan melalui harumnya masakan.
3. Pedagang peralatan rumah tangga
Sementara itu, lain lagi halnya dengan pedagang peralatan rumah tangga. Mereka tidak banyak ‘berusaha’ untuk menawarkan barang dagangannya, selain seorang penjual alat rumah tangga dari plastik tentunya. Penjual alat rumah tangga dari plastik ini dengan berani memamerkan keawetan dan kekuatan barang dagangannya terhadap benturan dengan memukul-mukulnya sekeras
4. Pedagang lainnya
Penggolongan pedagang lainnya ini disebabkan karena banyaknya jenis pedagang di Gasibu. Termasuk dalam golongan ini adalah pedagang casing ponsel, pedagang hewan peliharaan, pedagang busi, pedagang sikat panci, juga pedagang obat tikus. Pedagang busi misalnya, dia lebih memilih memamerkan kekuatan busi tersebut. Untuk membuktikan bahwa businya kuat menembus banjir, dia mencelupkan busi tersebut kedalam air dan menyalakan simulator mesinnya. Sambil terus berbicara dia hidupkan simulator itu, mesin menyala. Dengan tambahan beberapa ‘koyah’ (--omong kosong—Jawa), dan praktek pencelupan ini, dia nampaknya yakin dapat menarik pembeli. Apalagi, ketika dia mengulang percobaannya tersebut menggunakan busi merek ternama yang ternyata tidak membuat simulator mesin tersebut nyala.
Pedagang lain yang menggunakan teknik mirip ini adalah pedagang sikat panci dan penjual obat tikus, atau tepatnya penjual lem tikus. Pedagang sikat panci, sepanjang waktunya berdagang, digunakannya untuk menyikat panci yang hitam oleh ‘angus’ (--warna hitam yang diakibatkan nyala api—Jawa). Nampaknya, angus ini sengaja dibikin olehnya dengan membakar pancinya tersebut. Uniknya, dia menambahkan sedikit koyah bahwa sikat ini merupakan ‘jajan awet’—mengingat harganya yang murah dan habisnya akan lama. Sementara itu, pedagang lem tikus akan menggunakan tikus tiruan—yang sangat mirip aslinya—yang terjebak dalam lingkaran lem, untuk memastikan bahwa lemnya sangat rekat.
Jadi bagaimana? Anda mau mencobanya? Semua terserah Anda.