Bersepeda selama beberapa hari sudah pasti menguras energi dan mental. Tidak ayal, kita harus pandai-pandai memilih suplai energi (dan mental) selama perjalanan. Kalau kebutuhan energi (dan mental) tidak terpenuhi, perjalanan kita jadi tidak mengasyikkan. Usaha pemenuhan kebutuhan energi juga dapat berakhir dengan kesalahan yang berujung pada petaka.
Saya pernah membaca beberapa tulisan di blog maupun grup Facebook tentang asupan bagi seorang pengelana sepeda. Salah satu asupan yang sering disebutkan adalah energy bar. Sayang saya belum pernah makan dan merasakan khasiat asupan tersebut, sehingga tidak dapat memberikan review manfaatnya.
Sebagai orang Indonesia, saya pikir nasi adalah asupan paling realistis. Kalau tidak ada nasi, bisa digantikan dengan mie instant yang mudah didapatkan di mana-mana. Seandainya kita memutuskan melakukan pengelanaan ke tempat yang jauh dari pemukiman penduduk (seperti di luar Jawa), sepertinya memasak mie instant menjadi pilihan yang paling mudah dibandingkan nasi.
Saya belum mencapai level berkelana sepeda keluar pulau Jawa, jadi masih cukup mudah mendapatkan nasi di warung-warung pinggir jalan. Tapi entah mengapa, ketika bersepeda kelana, perut saya ini kok rasanya tidak mau diisi dengan nasi. Hal yang saya rasakan sepanjang perjalanan adalah haus.
Mungkin kehausan merupakan hal yang wajar bagi pesepeda kelana. Bayangkan saja bersepeda di siang panas, beriringan dengan kendaraan bermotor dan mobil, di jalanan berdebu! Hanya minuman (dingin) yang dapat menyelesaikan masalah saya. Tempo hari ketika saya bersepeda lipat lintas propinsi, dalam satu etape saya dapat menghabiskan 5 kaleng susu tanpa gula yang dingin. Belum ditambahkan es campur yang tersedia di pinggir jalan. Padahal saya biasanya paling takut dengan es, bikin pusing.
Belakangan saya diingatkan agar berhati-hati kalau hendak minum es campur di pinggir jalan. Masalahnya es batu yang kita konsumsi belum tentu merupakan air matang. Saya disarankan membeli minuman susu kaleng tanpa gula yang dijual di mini market, walaupun harganya hampir dua kali lipat dari harga semangkuk es campur yang nikmat itu.
Kalau untuk makanan, menu pagi hari ketika pengelanaan hendak dimulai, saya kira nasi masih bisa masuk perut. Namun ketika sudah masuk siang hari, saya lebih suka makanan yang "ringan", misalnya setengah porsi bakso tanpa mie. Bisa juga mengasup beberapa snack yang banyak tersedia di minimarket.
Semuanya kembali kepada sang pengelana sepeda. Apa yang disukainya untuk mengganti energi. Namun sebelum kita memutuskan memilih asupan pengganti energi, hal yang perlu dipikirkan antara lain: (a) pengaruh asupan tersebut terhadap perut kita, (b) peran asupan dalam mengisi energi, dan (c) ketersediaan asupan. Selamat berkelana!
Note: Saya belakangan baru ingat satu jenis makanan yang dapat diasup pesepeda, sekaligus mengembalikan energi dengan cepat: buah pisang
Foto: vegancrunk.blogspot.com