Konsep waktu yang selalu berjalan searah dan tidak pernah kembali sering dipertanyakan dan digugat manusia. Banyak ide penelitian, teori, bahkan film yang bertemakan konsep waktu; tentang perjalanan kembali ke masa lampau (time travel) misalnya, atau mengenai pengelana waktu (time traveller).
Alber Einstein pernah menulis bahwa kerangka fisika dan mekanika klasik yang berbasis ruang dan waktu absolut tidak berlaku dalam kecepatan amat tinggi. Einstein mengatakan bahwa tidak ada waktu absolut, akan tetapi ruang-waktu yang tergantung relasi sistem. Nah, pusing kan?
Film-film seperti "About Time", atau "Butterfly Effect", juga cukup membuat kita berpikir mengenai eksistensi waktu. Bahkan, film anak-anak seperti Doraemon pun melontarkan ide mengenai perjalanan antarwaktu. Meskipun kemasannya dibuat sesuai pencernaan otak anak-anak: perjalanan antarwaktu menggunakan laci meja belajar!
Nah, saya berpikir kalau sebenarnya kita nggak usah repot-repot menggunakan teori atau mesin tertentu untuk memahami konsep waktu, terutama mengenai perjalanan yang kita idam-idamkan: kembali ke masa lalu. Tidak perlu sebuah teori relativitas waktu yang rumit, apalagi sampai masuk laci meja belajar. Cukup satu hal saja : Mudik!
Mudik, yang kata orang adalah kependekan dari Menuju Udik (Pulang Kampung), merupakan prosesi kita kembali ke masa lampau. Yah, meskipun bukan dalam arti sebenarnya. Setidaknya bagi saya, mudik seperti membawa badan ini kembali ke masa lalu. Ketika saya menginjakkan kaki di tanah kelahiran, ingatan tentang masa kecil, mulai dari SD hingga SMA, seakan terkuak lebar. Kenakalan-kenakalan khas anak-anak, petualangan di tempat-tempat tidak terduga, hingga ingatan tentang cinta monyet melintas begitu saja. Seperti tayangan slide di ruang kuliah. Begitu jelas.
Adanya mudik sebenarnya membuat ingat, bahwa waktu sekarang (present) yang kita jalani telah membawa badan ini sedemikian jauh. Tiba-tiba kita disentakkan pada kenyataan tentang usia yang mulai menua. Mudik membawa sebuah introspeksi tentang perjalanan. Perjalanan kehidupan.
Setelah kita puas kembali ke masa lampau. Takbir yang mengiringi Idul Fitri mulai sayup-sayup menghilang. Saatnya kembali ke masa kini. Membawa bekal ingatan akan masa lampau, mencari semangat dan motivasi menjelang masa depan. Hmmm…sampai jumpa di mudik tahun depan. Insyaallah.
Foto: denofsharks.files.wordpress.com
Foto: denofsharks.files.wordpress.com